Monday, January 16, 2012

makalah "pedagang asongan"

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Suka Duka Pedagang Asongan” .
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Katolik di Universitas Dian Nuswantoro.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari pihak-pihak lain. Sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi dan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.       Ibu BM. HARRY PUTRANTI  selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Katolik di Universitas Dian Nuswantoro.
2.       Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
3.       Teman-teman yang telah bersedia membantu.
4.       Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak – pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Semarang, 13 Januari 2012

Penulis


BAB I : PENDAHULUAN
                 

A.            Latar Belakang

Dalam kegiatan analisa sosial kali ini, subjek yang kami survey adalah pedagang asongan. Tentunya kita  semua sudah tidak  asing lagi dengan istilah “Pedagang Asongan”. Pedagang asongan adalah pedagang yang mendagangkan dagangannya sambil dibawa kesana-kemari di tempat mereka biasa mangkal, atau mungkin bila sudah mempunyai tempat berjualan yang pasti, mereka berhenti dan mendagangkan dagangannya di situ. 
Seperti yang kita ketahui, kebanyakan para pedagang asongan berjualan di sepanjang badan jalan, trotoar, pasar, stasiun, di depan perkantoran, sekolah, di keramaian dan tempat-tempat yang paling sering dilalui oleh orang banyak. Hal ini tentu saja mengganggu ketertiban umum khususnya para pengguna jalan dan penumpang umum. Bahkan ada juga yang berkeliling dari rumah ke rumah, karena di tempat itulah cara paling gampang bagi mereka untuk berjualan dan mendapatkan uang.
Mereka selalu berupaya untuk menarik pembeli agar membeli dagangannya, yang kadang juga suka terlihat sedikit memaksa. Di lingkungan terminal, kita terkadang sering mendengar pembicaraan yang diucapkan oleh pedagang asongan yang sering mengucapkan kata-kata yang kasar.
Adanya pedagang asongan disekitar kita merupakan realita yang tidak terelakkan pada kehidupan kota saat ini. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tidak memadai serta pendidikan  yang terbatas, membuat masyarakat harus berfikir bagaimana mempertahankan hidup. Dengan modal yaang terbatas dan kemampuan skill yang masih terbilang minim menjadikan banyak orang memilih profesi sebagai pedagang asongan.

B.            Metode

Pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan teknik observasi, wawancara, dan teknik catat. Penulis terlebih dahulu mengobservasi dengan mengamati situasi dan keadaan lingkungan, kemudian melakukan wawancara kepada pedagang asongan dengan melakukan wawancara berstruktur untuk mendapatkan informasi yang relevan. Terakhir langkah dilakukan dengan teknik catat, yaitu mencatat semua kejadian dari tuturan pedagang asongan.
Selanjutnya, proses pengumpulan data sebagai berikut:
1.             Teknik Observasi. Penulis mengobservasi situasi dan keadaan lingkungan di sekitar tempat berjualan pedagang asongan. Melalui teknik ini kita akan mendapatkan data tentang bagaimana cara mereka berjualan, barang dagangan apa saja yang mereka jual, apa yang dilakukan mereka saat tidak ada pembeli, dan lain sebagainya.
2.             Teknik Wawancara. Sebelum melakukan wawancara, penulis membuat beberapa daftar pertanyaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar penulis mempunyai persiapan yg cukup dan mendapat data yang terstruktur. Dalam mewawanncarai, penulis juga menciptakan suasana yang akrab dan tidak terkesan seperti tanya jawab namun seperti obrolan biasa.
3.             Teknik Catat. Hasil dari proses wawancara tersebut kemudian ditranskripsi beserta konteks yang dituturkan pedagang asongan. Setelah itu, akan didapatkan data yang kita inginkan.

C.            Batasan Masalah

Dalam hal ini, kami mencoba menjelaskan tentang bagaimana kehidupan mereka sebagai pedagang asongan, latar belakang mereka menjadi  pedagang asongan, dan kendala – kendala yang mereka hadapi.
D.            Rumusan Masalah

Beranjak dari batasan masalah  di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.             Bagaimana latar belakang sosial budaya pedagang asongan di sekitar simpang lima dan stasiun poncol?
2.             Bagaimana kehidupan mereka sehari-hari  menjadi pedagang asongan?
3.             Permasalahan apa saja yang dialami oleh para pedagang asongan?





BAB II : KERANGKA PIKIR

Pedagang asongan adalah pedagang yang mendagangkan dagangannya sambil dibawa kesana-kemari di tempat mereka biasa mangkal, atau mungkin bila sudah mempunyai tempat berjualan yang pasti, mereka berhenti dan mendagangkan dagangannya di situ. 
Berikut ini beberapa pendapat para ahli menurut pedagang asongan :
1.                  Sekretaris Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Sumut,Pemiga Orba Yusra, SE. Lelaki kelahiran Kutacane yang akrab disapa Popoy menilai keberadaan pedagang asongan sama dengan pedagang kaki lima yang keberadaannya belum mendapatkan perhatian dari pemerintah. Padahal, PKL dan pedagang asongan dibutuhkan di masyarakat. Pedagang asongan merupakan Potensi sekaligus Sumber Daya Ekonomi yang menempatkan ruang publik sebagai lokasi usaha. Saat ini, mereka malah menjadi primadona masyarakat. Harga yang murah, akses yang gampang serta interaksi emosional yang kuat, membuat pedagang asongan tetap diminati.
2.                  Keputusan Menteri Keuangan RI No. 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001. Kaki Lima atau Asongan adalah tempat-tempat penjualan eceran yang terbuat dari bangunan tidak permanen, yang sewaktu-waktu dapat dipindahkan sesuai dengan keinginan pemiliknya. Pedagang Kaki Lima atau Pedagang Asongan adalah orang yang mengusahakan atau yang menguasai Kaki Lima atau asongan.
3.                  Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral oleh Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.  Pedagang asongan sebagai salah satu pelaku aktivitas ekonomi di sektor informal turut menyumbangkan kontribusi besar bagi perekonomian nasional dengan menyerap tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Mereka pun menjadi stimulan muncul dan berkembangnya usaha-usaha mikro dengan menjadi penyedia/supplier barang-barang dagangan yang dijajakan pedagang asongan.


BAB III : PEMBAHASAN

A.            Rangkuman Hasil Observasi / pengamatan

Nama
Zaenuri
Mat
Pardi
Muklis
Usia
28
30
32
30
Asal
Kedunggalar
Walikukun
Walikukun
Bojonggede
Pendidikan terakhir
SMP
SD
-
SD
Lama bekerja
6 bulan
2 tahun
3 tahun
1 tahun
Jumlah anggota keluarga yg menjadi tanggungan
Seorang adik
Istri, 2 anak
Istri, 4 anak
Istri, 1 anak
Pendapat rata2
Rp 40.000,- / hari
Rp 35.000,- / hari
Rp 30.000,- / hari
Rp 40.000,- / hari
Alasan pekerjaan
Merasa bebas karna tak ada kekangan dari atasan
Pendidikan rendah
Pendidikan rendah
Modal yg dibutuhkan  sedikit
Kendala  dalam bekerja
Dipalak preman
Ada penertiban oleh satpol PP
Dipalak preman, hujan
Hujan, banyak saingan

B.            ANALISIS

Dari hasil observasi kami, mereka (pedagang asongan) pada umumnya mempunyai keinginan untuk bekerja keras. Rata-rata mereka telah berkeluarga, dan mempunyai anak, serta berasal dari desa. Bahkan, ada dari antara mereka yang ternyata berasal dari desa yang sama.
Tentang kecukupan ekonomi dari hasil berdagang, mereka menyesuaikan kebutuhannya semua dengan hasil yang didapat. Bisa saja terkadang kekurangan. Walaupun dengan untung yang kecil, mereka tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya sehari-hari. Sebagai kepala keluarga, mereka ingin sekali memberikan kebahagiaan terhadap keluarganya, mereka tak ingin keluarganya seperti mereka yang hanya menjadi pedagang asongan.
Dari para pedagang yang kami wawancarai, mereka menyenangi profesinya saat ini. Antara lain  karena tidak harus bekerja pada orang (tunduk pada bos) sehingga kebebasan ini menjadi daya tarik sendiri bagi mereka. Ada dari mereka yang ingin pindah pekerjaan bila menemukan pekerjaan yang lebih baik. Namun, ada pula yang tidak ingin pindah, karena tidak suka dikekang/diperintah atasan.
Saat mereka menganggur/tidak ada pembeli, mereka senang bermain catur sebagai pengisi kekosongan.
Pedagang asongan yang kami amati, kebanyakan mendagangkan rokok sebagai barang dagang utama mereka. Selain itu, minuman kemasan (botol/gelas) juga merupakan dagangan mereka yang laku. Malah ada yang menyambi dengan minuman hangat. Kalau rokok untung nya tidak seberapa, kalau minuman, dengan modal kecil, mereka bisa untung lumayan banyak
Mereke bekerja keras dari pagi hingga malam hari hanya untuk mendapatkan uang. Pendapatan yang mereka peroleh juga tidak menentu, hanya berkisar Rp 30.000,00 per hari. Keramaian kota dan cuaca menjadi penentu mereka dalam berjualan. Jika cuaca hujan, mereka tidak bisa berdagang. Terlebih lagi mereka harus kucing-kuncingan dengan satpol PP saat ada penertiban.
Saat ada “spot” keramaian (misal: ada konser di balaikota) malam itu mereka semua pasti pada mangkal di sana. Dagangan mereka laris manis bila ada acara-acara seperti itu. Ini juga salah satu yang disenangi mereka. Sembari menikmati hiburan, mereka bisa untung 2x lipat.

BAB IV : TANGGAPAN IMAN


A.            PRINSIP  DASAR

   Roma  8 : 18 = sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
   Roma 8 : 26 = Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
   Konpendium  2544 -2547 & 2556 = Yesus menuntut para murid-Nya untuk menempatkan Dia di atas apa pun dan siapa pun. Melepaskan diri dari kekayaan – dalam roh kemiskinan injili – dan penyerahan diri kepada penyelenggaraan ilahi membebaskan kita dari kecemasan akan masa depan dan mempersiapkan kita untuk rahmat kemiskinan. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (lukas 6 : 20 / Matius 5 :3)
   Dasar Biblis Keterlibatan Sosial = Sabda dan teladan Yesus pada kaum miskin dan marjinal merupakan sumber inspirasi, animasi, dan motivasi keterlibatan Gereja di dunia karya-karya sosial. Yesus tidak hanya berbicara soal Kerajaan Allah bagi orang miskin tetapi juga mencinta dan dekat dengan mereka.
   Konpendium 2443-2449 & 2462-2463 = Cinta kepada kaum miskin diinspirasikan oleh Injil Sabda Bahagia dan teladan Yesus dalam keprihatinan-Nya yang terus-menerus bagi kaum miskin. Yesus berkata: ”Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Cinta kepada kaum miskin diwujudkan melalui perjuangan melawan kemiskinan materi dan juga melawan pelbagai bentuk kemiskinan kultural, moral, dan religius. Karya-karya amal spiritual dan material dan banyak institusi karitatif yang terbentuk selama berabad-abad merupakan saksi-saksi konkret cinta kepada kaum miskin yang menjadi ciri khas murid-murid Yesus.
   Gaudium et Spes, art 1 = KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. 
Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita simpulkan, bahwa Yesus sangat mengasihi kaum miskim (dalam pembahasan ini, kaum marjinal à pedagang asongan). Walaupun banyak cobaan yang dialami oleh mereka, namun sesungguhnya Allah telah menyiapkan kebahagian abadi di surga bagi mereka. (lht Rom 8 : 18)
Dan Allah tidak membiarkan mereka begitu saja berkutat dengan penderitaan yang mereka alami. Namun Allah memperhatikan mereka dengan mengutus roh kudus untuk mendampingi mengatasi segala permasalahan. Karena Tuhan tak pernah berdiam diri melihat umat yang dikasihi-Nya menderita begitu saja. Tetapi Tuhan senantiasa menyertai kita.

B.            TUNTUTAN  IMAN

Sering kita jumpai bahwa kaum miskin mendapat perlakuan tidak adil dari kelompok masyarakat sosial. Martabat kemanusiaan mereka tidak dianggap, bahkan diinjak-injak.
Dengan memperhatikan prinsip diatas, maka kita sebagai orang yang beriman hendaklah selalu bersikap rendah hati terhadap mereka (pedagang asongan), tidak semena-mena. Karena ”Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). kita diajak untuk menginternalisasi sikap Yesus yang mengasihi: tanpa memihak, universal, dengan rendah hati, terbuka, dan dilakukan secara gratis. Kita mesti bertumbuh kembang dalam kegratuitasan sebagaimana yang telah Allah tunjukkan kepada kita. Gambar Allah yang kita imani akan terlihat dari sikap, tindakan dan bagaimana kita berhadapan dengan sesama. Bila kita hendak menjadi garam yang mengasinkan atau terang yang menerangi dunia yang berdosa ini, kita harus bersedia untuk berbuat baik terhadap semua orang, termasuk terhadap orang yang kelakuannya jahat dan sikapnya menjengkelkan. Dengan demikian, kita telah meniru Tuhan Yesus yang rela mati bagi manusia berdosa.
Cinta kepada kaum miskin dapat kitab wujudkan melalui perjuangan melawan kemiskinan materi dan juga melawan pelbagai bentuk kemiskinan kultural, moral, dan religius. Dalam hal ini, yang bisa kita lakukan adalah membuat lapangan kerja yang layak bagi mereka. 



BAB V : PENUTUP


A.            KESIMPULAN

Dari hasil observasi, penulis mendapat kesimpulan berikut :
1.             Survey yang dilakukan penulis menghasilkan bahwa, hampir setiap mereka yang berprofesi sebagai pedagang asongan umumnya adalah mereka yang berpendidikan rendah bahkan ada yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali.
2.             Walaupun mereka hanya menjadi pedagang asongan, namun mereka tetap berusaha menyenangi pekerjaan mereka. Karena di dalam pekerjaan mereka, mereka dapat merasakan kebebasan tidak seperti bekerja yang harus tunduk pada segala peritah atasan.
3.             Kendala-kendala yang sering mereka alami saat berjualan yaitu;
a.        Pedagang asongan tak dapat melakukan pekerjaannya saat hujan tiba
b.        Saat ada acara2 tertentu yang menyangkut hubungan antar provinsi/negara, mereka dilarang berjualan
c.         Kalau sial, bertemu preman lalu dipalak, malah salah satu teman mereka ada yang dipukuli
d.        Mereka juga harus waspada jika terjadi penertiban mendadak oleh satpol PP
Tidak semua masyarakat beruntung di dalam menyambung hidup dan mengais rejeki. Hidup tidak selalu di atas jika kita tidak mempersiapkan sedini mungkin maka kita akan jatuh. Kehidupan sekarang memang sulit tetapi jika dijalankan dengan sungguh-sungguh akan tercapai sesuatu yang kita inginkan. Dalam menjalani kehidupan, kita jangan pernah gagal, karena kegagalan tersebut bisa menjadi guru untuk pengalaman kita.


B.            SARAN & KRITIK


Jadikanlah diri kita sebagai lautan yang luas apapun kejadian itu harus diterima. Gagal dalam perjuangan belum tentu kemunduran. Masa depanmu masih panjang, janganlah engkau sia-siakan, menangis dan tertawa itu silih berganti. Tidak ada orang yang tertawa terus-menerus dan tidak ada orang yang menangis teru-menerus. Jangan pernah kau menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh orang tuamu karena doa orang tua yang akan membuat kita sukses kelak. Bila kita masih diberi kesempatan menuntut ilmu hingga ke perguruan tinggi, gunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya dengan belajar yang rajin. Karena banyak orang lain yang tidak mempunyai kesempatan seperti kita.




Daftar pustaka


!  Alkitab

Download makalah lengkap --> makalah ansos

No comments:

Post a Comment